Yang penting pidato berapi-api dengan diksi yang hanya dia yang tahu apa maksudnya. Alih-alih mengundang respek, lagak-lakunya justru bikin iba dan prihatin
Kapolresta pasti diam saja atau baru bereaksi tatkala sebagian besar umum yang mengikuti sudah nyaris lupa. Musababnya: yang mulia masih khusyuk bobo siang.
Poktolak dan Kapolresta Banyuwangi memang digdaya. Kalau mesti maklum, paling kita menduga-duga, ada udang di balik rempeyek antara Poktolak dan Kapolresta.
Sampai kapan petani buah naga (khususnya di sekitar Tujuh Bukit) tetap keras kepala bertani dengan cara bodoh? Pemkab Banyuwangi & petani perlu menjawabnya.
Tenaga ahli DPR RI kok sama sekali tidak menunjukkan kejauharian apa-apa, kecuali kecakapan mempertontonkan ketololan. Celaka benar yang mempekerjakannya.